St. Tatiana dari Roma |
Janasuci
Bunda Tatiana
Sang
Perawan Martir dari Roma
Janasuci
bunda Tatiana adalah seorang perawan martir yang hidup di abad tiga. Beliau
lahir di sebuah keluarga terpandang, yang mana mereka diam-diam adalah penganut
Kristen yang sengaja merahasiakan Iman mereka karena pada saat itu Kerajaan
Romawi memeluk agama pagan dan membenci Kekristenan. Beliau memutuskan untuk
menjalani hidupnya sebagai pelayan Tuhan di Gereja, hal ini yang membuat beliau
diangkat menjadi Diakon di salah satu Gereja di Roma. Dan hal itu pula yang
akan menuntun beliau pada jalan penderitaan sebagai martir.
Pada
masa itu Kekaisaran Romawi dipegang oleh Severus Alexander (Marcus Aurelius
Severus Alexander Augustus, 208 - 235) yang memerintah dari tahun 222 - 235.
Pada masa Kaisar Severus Alexander naik tahta, pemimpin-pemimpin daerah memiliki
kekuasaan penuh, termasuk Bupati Ulpian.
Sang Bupati adalah seorang fanatik pagan yang sangat membenci Kristen selalu
mempengaruhi keputusan sang Kaisar dan mencari celah untuk membersihkan seluruh
Roma dari orang-orang Kristen. Dimulailah penganiayaan kejam yang dilakukan
Bupati Ulpian terhadap orang-orang Kristen di Roma.
Bunda
Tatiana sang Diakon juga tidak luput dari kekejaman Ulpian. Beliau ditangkap
dan dibawa menuju kuil dewa apollo. Ulpian menyuruh beliau untuk melakukan
upacara kurban di hadapan patung dewa apollo. Bunda menolaknya lalu beliau
berdoa, maka tiba-tiba terjadi gempa dahsyat dan runtuhlah patung tersebut
seketika dan menimpa para penganut pagan tersebut beserta imam-imam mereka.
Beliau
kemudian dimasukkan dalam penjara dan mendapat banyak siksaan. Para penyiksa
menusuk kedua mata beliau dengan sebuah kait besi. Beliau tetap bertahan dari
siksaan yang luar biasa itu dengan berdoa, supaya Tuhan membuka mata batin para
penyiksa, dan Allah mengabulkannya. Tiba-tiba para penyiksa melihat ada empat
Malaikat mengelilingi Bunda Tatiana, lalu ada suara dari yang berbicara kepada
beliau, dan dihajarlah mereka oleh Malaikat tersebut. Delapan orang dari para
penyiksa tersebut pun berlutut dan memohon ampun atas perbuatan mereka kepada
Bunda Tatiana, dan mereka menjadi percaya Yesus. Kedelapan orang tersebut pun
akhirnya dieksekusi karena Iman mereka kepada Kristus yang baru mereka kenal,
dan darah mereka menjadi baptisan bagi diri mereka sendiri.
Hari
berikutnya Bunda Tatiana dihadapkan ke pengadilan yang telah diatur Ulpian.
Mereka terkejut melihat luka-luka siksaan hari-hari sebelumnya telah sembuh
seluruhnya. Maka mereka menelanjangi beliau dan memukulinya. Ketika mereka
menyayat-nyayat tubuh beliau dengan silet seketika itu bau harum semerbak
menyebar berbaur dengan udara di sekitarnya. Para penyiksa membaringkannya ke
tanah dan memukulinya, sangat lama hal itu terjadi sehingga para penyiksa
bergantian memukulinya. Dalam kejadian ini sembilan dari para penyiksa tersebut
malah tewas, Malaikat-Malaikat yang disekeliling beliau memindahkan sisksaan
kembali ke tubuh penyiksanya, meskipun ada yang berpendapat bahwa mereka mati
karena kelelahan. Akhirnya beliau dikembalikan ke penjara.
Beberapa
waktu kemudian Bunda Tatiana kembali dihadapkan ke pengadilan sekali lagi.
Mereka pun takjub pula oleh karena setelah siksaan kejam yang bertubi-tubi
tubuh Bunda malah terlihat sehat seolah tidak terjadi apa-apa. Pengadilan pun
membujuk beliau mau berpartisipasi dalam mempersembahkan kurban bagi dewi diana.
Beliau kelihatan menyetujuinya, dan dibawanyalah beliau ke kuil pagan dihadapan
patung dewi diana. Beliau melangkah di hadapan patung dewi diana dan membuat
tanda salib, lalu berdoa. Maka tiba-tiba kilat dengan dahsyatnya menyambar
patung tersebut bersama dengan apapun yang ada di sekitarnya, termasuk
persembahan kurban, dan juga para imamnya. Semua yang disambarnya hancur dan
terbakar.
Melihat
kejadian itu Ulpian makin marah dan memerintahkan anak buahnya untuk menyiksa
lebih kejam lagi. Mereka menancapkan cakar besi dan menggantung beliau serta
memotong payudaranya. Pada malam hari seperti biasanya para Malaikat mendatangi
beliau dan menyembuhkannya. Keesokan harinya Bunda dibawa ke sirkus dan
dilepaskanlah singa yang masih liar bersamanya. Akan tetapi di hadapan Bunda,
singa tersebut menjadi jinak dan menjilati kaki beliau. Para penyiksa mengira
singa tersebut jinak, lalu mereka berniat mengambil singa tersebut dan
mengembalikan ke kandangnya, akan tetapi singa itu menerkam salah satu dari
mereka hingga tewas. Mereka pun melemparkan beliau ke dalam dapur perapian,
akan tetapi api juga tidak membakarnya.
Para
pemuka pagan mengira bahwa Bunda Tatiana memiliki ilmu sihir, mereka memotong
rambut beliau, karena dalam kepercayaan mereka kekuatan magis seseorang ada di
rambutnya. Setelah itu mereka mengunci dalam kuil dewa zeus. Keesokan harinya,
saat para imam pagan berniat mempersembahkan kurban untuk dewa zeus, mereka
terkejut karena patung dewa zeus tersebut telah hancur berkeping-keping. Bunda
pun terlihat sangat gembira sambil memuji-muji Yesus.
Peristiwa
ini membuat pengadilan boneka yang diatur Ulpian sangat geram dan mengutuknya.
Hakim menjatuhkan hukuman mati bagi beliau, dan juga ayah beliau karena
dianggap bertanggung jawab telah mengajarkan Iman Kristen kepada anaknya dan
keluarganya. Pada tanggal 12 Januari sekitar tahun 225 Bunda Tatiana bersama
ayahnya dipenggal.
Diperingati
setiap tanggal 12 Januari Kalender Julian