Kirilus Dan Methodius



Kirilus Dan Methodius



Janasuci Kiril (Cyril/Kirilus) Dan Methodius
Dua Bersaudara Sang Guru Agung Pencerah Bangsa Slavia

Bapak Kiril (Kirilus) lahir sekitar tahun 826, sedangkan Bapak Methodius adalah kakak kandungnya yang lahir sekitar tahun 815. Keduanya lahir di kota Tesalonika, wilayah kekaisaran Byzantium kala itu. Bapak Kiril bernama asli Konstantinus, diberi nama Kiril atau Kirilus saat menjadi biarawan di Roma. Sedangkan Bapak Methodius bernama asli Michael, diberi nama Methodius saat menjadi biarawan di Mysan (Uludag). Mereka adalah dua dari tujuh bersaudara.

Ayahnya bernama Leo adalah seorang prajurit tentara kekaisaran Byzantium yang bertugas di wilayah administratif (themata) Tesalonika, sedang ibunya bernama Maria. Saat Bapak Kiril berusia 14 tahun, sang ayah meninggal. Saat itu mereka dalam asuhan seorang pejabat penting Kekaisaran Byzantium yang bernama Theoktistos. Keduanya pun diikutkan program pendidikan Kekaisaran di sebuah sekolah di Magnaura (sekarang adalah Istanbul) atau Pandidakterion Magnaura. Tidak lama setelah menyelesaikan pendidikannya Bapak Kirilus menjadi seorang Presbyter dan kakaknya Methodius menjadi seorang Diakon.

Pada misi pertama Bapak Kiril dikirim ke Kekhalifahan Abbasiyah Al-Mutawakkil (Khalifah ke-10 Bani Abbasiyah, yang memerintah tahun 847-861) untuk mendiskusikan doktrin Tritunggal Maha Kudus dengan para teolog yang berbahasa Arab, sekaligus menjalin hubungan dengan Kekhalifahan tersebut.

Pada tahun 860 Kaisar Michael III (Kaisar Byzantium yang memerintah tahun 842-967) serta Photius Agung Patriark Konstantinopel meminta Bapak Kiril untuk menjalankan misi kedua. Misi tersebut adalah ekspedisi mengabarkan Injil kepada bangsa Khazar sekutu utama kekaisaran Byzantium untuk membendung berkembang pesatnya ajaran Yudaisme. Misi Beliau kali ini tidak sukses karena akhirnya bangsa Khazar menjadikan Yudaisme sebagai agama nasionalnya. Namun ada hasil yang lain yang sangat diluar dugaan. Ketika dalam perjalanan Beliau ke Negeri Khazar melewati suatu kota bernama Korsun, saat tinggal sementara untuk persiapan misionernya ke Khazar secara ajaib Tuhan menuntun mereka menemukan Relik dari Martir Agung Klemen I, Paus Roma. Saat mereka kembali dari misinya, dibawanya Relik tersebut kembali ke Konstantinopel.

Pada tahun 862 Rasthislavos (Penguasa Moravia, yang memerintah tahun 846-870) meminta Kaisar Michael III (Kaisar Byzantium yang memerintah tahun 842-967) serta Photius Agung Patriark Konstantinopel untuk mengadakan misi Penginjilan ke negerinya yaitu Moravia. Karena memang di negeri itu orang-orang sudah mulai menolak paganisme, kesempatan ini digunakan Rasthislavos untuk mengajarkan Iman Para Rasul Kristus kepada rakyatnya. Maka diutuslah dua bersaudara Kiril dan Methodius ke Moravia. Disamping itu juga karena Rasthislavos tidak mempercayai para misionaris Roma yang dibawahi keuskupan Jerman.

Pada tahun 863 kedua bersaudara tersebut mulai menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Moravia yang dikenal sebagai bahasa Slavonik kuno. Untuk menerjemahkannya kedua bersaudara tersebut menciptakan alphabet Glagolitik dan Cyrillic. Alphabet Glagolitik digunakan sangat spesifik hanya untuk naskah Gereja, sedangkan untuk penggunaan sehari-hari dipakai alphabet Cyrillic. Kedua bersaudara tersebut dibantu oleh para muridnya yaitu : Gorazd, Clement, Sava, Naum dan Angelyar. Mereka mengerjakannya sambil berdoa dan berpuasa. Semenjak diterjemahkan naskah-naskah Gereja serta buku-buku liturgi tradisi khas Konstantinopel tersebut oleh kedua bersaudara itu membuat Gereja Yuridiksi Konstantinopel lebih populer di seluruh penjuru tanah Slavia dibanding Yuridiksi Roma.

Segera setelah mereka datang dan mengajarkan Injil serta mengadakan pelayanan-pelayanan dalam bahasa Slavia maka tersebarlah kabar tentang pelayanan kedua bersaudara tersebut. Maka semenjak itu bersamaan dengan tersebarnya Injil ke seluruh penjuru tanah Slavia tersebar pula alphabet yang mereka ajarkan terutama Cyrillic, yang dipakai masyarakat luas. Makin tersiarlah tentang mereka dan para muridnya, sehingga makin populer Yuridiksi Konstantinopel di masyarakat. Segera hal inipun menimbulkan gesekan dengan Keuskupan Jerman dibawah Yuridiksi Roma.

Gesekan makin memanas dengan diangkatnya isu oleh para misionaris Roma tentang tata cara liturgi, bahwa pelayanan liturgi harus dalam bahasa Ibrani, Yunani atau Latin saja. Namun Bapak Kirilus menjawabnya dengan dua ayat yaitu :
Mazmur 117:1
Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! 2 Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!
Matius 28:18
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
Dengan dua ayat tersebut Bapak Kirilus menegaskan bahwa Injil bisa dikabarkan dengan berbagai bahasa, serta memuliakan dan menyembah TUHAN tidak harus memakai hanya dengan tiga bahasa tersebut saja. Jawaban tersebut membuat keuskupan Jerman malu dan terpukul, serta mengadukannya ke Roma.
Pada tahun 867 Paus Nikolas I mengundang kedua bersaudara tersebut ke Roma, dengan tujuan menyelesaikan gesekan dengan keuskupan Jerman, terutama membahas tentang penggunaan bahasa Slavia dalam Liturgi Suci. Bapak Kiril dan Methodius pun memenuhi undangan tersebut dan berangkat menuju Roma, mereka juga membawa Relik dari Martir Agung Klemen I untuk dikembalikan kepada Gereja Roma.
Pada tahu 868 Kedua bersaudara tersebut baru sampai di Roma. Ketika mengetahui bahwa mereka membawa serta Relik dari Martir Agung Klemen I untuk dikembalikan kepada Gereja Roma, maka Paus Adrianus II menyambutnya dengan penuh penghormatan. Paus Adrianus II pun akhirnya mengijinkan mereka menggunakan bahasa Slavia dalam Liturgi Suci, bahkan meminta buku terjemahan Slavia mereka untuk disimpan di Gereja Roma.
Saat di Roma Bapak Kirilus menderita sakit. Tuhan memberinya hikmat bahwa hari kematiannya telah dekat. Maka Beliau memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupnya menjadi biarawan di kota tersebut. Saat itulah Beliau diberi nama Kiril (Cyril) setelah mendapat Skema. Lima puluh hari setelah itu Beliau meninggal dunia, hari itu tanggal 14 Februari 869.
Sang kakak yaitu Bapak Methodius dikirim oleh Paus ke Pannonia setelah ditahbiskan menjadi Uskup Agung, bersama kelima muridnya yang ditahbiskan menjadi Presbyter. Di Pannonia Beliau dan para muridnya terus melanjutkan pelayanannya dalam bahasa Slavonik, serta terus melanjutkan menuliskan buku-buku berbahasa Slavonik serta mendistribusikan ke seluruh masyarakat. Maka hal ini kembali menimbulkan gesekan dengan keuskupan Jerman yang lebih dulu melakukan misi di daerah tersebut.
Keuskupan Jerman pun mengadakan Sidang Sinode di Regensburg dengan bantuan Raja Louis II (Louis Sang Jerman, yang memerintah tahun 817-876) memanggil Bapak Methodius untuk menjawab berbagai tuduhan yang sengaja dibuat untuk mencari kesalahan Beliau. Setelah melalui perdebatan panjang maka Sidang Sinode tersebut memutuskan Bapak Methodius bersalah dan mengirim Beliau ke Swabia di Ellwangen, Jerman untuk dipenjara. Selama dua setengah tahun Beliau menderita sengsara dalam penjara.
Paus Yohanes VIII merasa empati dengan Bapak Methodius dan mengirim seorang Uskup untuk membebaskannya dan memulihkan keuskupan Beliau serta menghukum semua yang terlibat dalam persekongkolan yang membuat Beliau dipenjara. Bapak Methodius pun kembali memberitakan Injil Suci kepada bangsa Slavia. Beliau pun bahkan berhasil mempertobatkan bangsa Ceko dan Polandia. Saat itu karya dua bersaudara Bapak Kiril dan Methodius semakin tersebar dan dikenal di seluruh tanah Slavia, terutama Alkitab dan Ajaran Gereja dalam bahasa Slavonik.
Keuskupan Jerman pun tidak berputus asa mencari cara menjatuhkan keuskupan yang dipegang Bapak Methodius (keuskupan wilayah Moravia, Pannonia dan sekitarnya). Pada waktu itu muncullah isu “Filioque” di Yuridiksi Roma sebagai reaksi dan apologetika dalam menghadapi bidat
Maka dipanggillah Bapak Methodius ke Roma untuk menjelaskan ajaran Beliau yang tidak mau menggunakan kata “Filioque”. Maka Beliau menjawab : bahwa lebih mudah baginya menjelaskan Tritunggal Maha Kudus dengan tanpa menggunakan tambahan kata “Filioque”. Beliau pun memohon kepada Paus​ Yohanes VIII agar dirinya diijinkan mengajarkan Iman Para Rasul dengan murni tanpa tambahan kata “Filioque”

Seperti sang adik, Beliau juga mendapat hikmat bahwa hari kematiannya telah dekat. Maka diangkatlah salah satu murid Beliau yang bernama Gorazd menggantikannya. Pada tanggal 6 April 885 Bapak Methodius meninggal dunia. Upacara pemakaman Beliau dilaksanakan dalam tiga Bahasa yaitu : Slavonik, Yunani, dan Latin. Oleh karena karya pekerjaan pelayanan Bapak Methodius serta Bapak Kirilus, maka seluruh tanah Slavia boleh mengenal Injil.





Previous
Next Post