Iakov
Uskup Kota Rostov Serta Sang Pertapa
Bapak Iakov (Yakov) adalah sosok yang tidak terkenal. Bahkan tidak seorang pun mengetahui ataupun mencatat tempat serta tanggal lahir Beliau. Hal ini karena Beliau bukanlah tipe sosok yang suka menonjolkan diri maupun tampil di publik.
Di Biara Kopyrsk yang terletak di tepi sungai Ukhtoma yaitu kira-kira 80 kilometer sebelah tenggara kota Rostov, Beliau menerima tonzur sebagai seorang Biarawan. Kemudian, kelak sebelum menjadi seorang Uskup, Beliau sempat diangkat sebagai Abbas (Kepala Biara) di Biara tersebut. Namun tidak seorang Hagiografer pun yang memiliki data kapan tepatnya hal tersebut terjadi
Pada tahun 1386 Bapak Iakov diangkat sebagi Uskup kota Rostov di bawah Metropolitan Pimen orang Yunani. Di masa itu adalah era dimana para Boyarin (Kaum Bangsawan Feodalisme) berkuasa dan mendominasi seluruh aspek di masyarakat baik politik, sosial, ekonomi. Bahkan Gereja pun terkadang tidak luput dari campur tangan mereka. Para Boyarin tersebut memiliki pemimpin tertinggi mereka yang disegani para Boyarin lainnya, yaitu Pangeran Demetrius, seorang Bangsawan Agung.
Suatu ketika para Boyarin mengadakan pertemuan di kota Rostov dipimpin oleh Pangeran Demetrius dan bersepakat menjatuhkan hukuman mati kepada seorang wanita. Tidak dikisahkan bagaimana asal mula kejadian tersebut. Mengetahui hal itu, Bapak Iakov sebagai seorang Uskup turun tangan, dengan meniru apa yang diajarkan Sang Kristus yang menyelamatkan seorang perempuan sundal (Yohanes 8:7), mempersilahkan barangsiapa pun yang tidak pernah berbuat dosa selama hidupnya maka dialah yang melempar batu pertama kali untuk menghukum wanita tersebut. Maka tidak seorang pun berani maju, maka loloslah si wanita tersebut dari maut. Segera Bapak Iakov pun mengirimkan perempuan tersebut ke sebuah tempat untuk menjalani pertobatan.
Pangeran dan para Bangsawan lainnya tidak puas dengan apa yang dilakukan Bapak Iakov dan merasa direndahkan. Merekapun bersekongkol untuk mendepak Sang Uskup tersebut pergi dari kota itu. Dengan kekuatan uang serta politik yang mereka miliki maka hal itu mudah sekali. Tidak lama setelah itu, oleh karena kuatnya tekanan dari pihak para bangsawan, Bapak Iakov pun memilih pergi dari Rostov. Beliau bertekad untuk mengasingkan diri di suatu tempat dan menjalani sisa hidupnya secara asketik.
Pada perjalanannya sampailah di Danau Nero, danau besar di selatan Rostov. Bapak Iakov pun ingin menyeberanginya untuk menemukan tempat yang sesuai baginya. Namun jangankan untuk menyewa perahu, bahkan harta satu-satunya yang Beliau bawa hanya jubahnya yang dipakainya ketika menjabat sebagai Uskup di Kota Rostov tersebut. Maka ditebarkanlah jubahnya tersebut ke danau dan Beliau membuat tanda Salib pada dirinya, lalu dinaikilah jubahnya tersebut yang sedang mengambang di air danau. Jubah tersebut tidak tenggelam, Bapak Iakov berdiri diatasnya seolah sedang berdiri di atas perahu. Tidak lama kemudian jubah itu pun bergerak menyeberangi danau tersebut layaknya sebuah perahu. Seolah ada kekuatan misterius yang menggerakkannya dan menuntunnya menyeberangi danau tersebut hingga sampai ke seberang.
Tersebarlah hal ini ke seluruh penjuru kota Rostov, tidak terkecuali para Boyarin yang berkuasa di kota tersebut. Maka menyesallah mereka semua dan merasa takut jikalau Bapak Iakov mengutuki mereka maka Tuhan juga akan menghukum mereka semua. Pangeran Demetrius pun didampingi para bangsawan lainnya serta sebagian warga kota mengunjungi tempat pertapaan Bapak Iakov untuk memohon maaf. Mereka pun bersepakat agar Bapak Uskup bisa kembali ke kota dan memimbing mereka kembali. Dengan kebesaran hatinya Bapak Iakov mengampuni mereka semua, namun Beliau tidak ingin lagi kembali ke kota itu. Beliau ingin mengabiskan sisa hidupnya di tempat barunya dan menjalani hidup asketik.
Selama sisa hidupnya Bapak Iakov sempat membangun sebuah Gereja kecil di tempat tersebut. Kelak di tempat tersebut akan berdiri Biara St. Iakov. Pada tanggal 27 November 1392 (10 Desember 1392 di penanggalan baru), Beliau pun kembali kepada Pangkuan ALLAH Bapanya.
Diperingati setiap Tanggal 27 November (Kalender Julian)