7 Pemuda Kudus Dari Efesus


7 Pemuda Kudus Dari Efesus

 

Pada tahun 250 Masehi pada masa pemerintahan Kaisar Decius atau Gaius Messius Quintus Traianus Decius (Masa Pemerintahan : September 249 – Juni 251), terjadi penganiayaan dahsyat atau lebih tepatnya pembantaian besar-besaran yang dibawah mandat Kaisar Decius sendiri. Bahkan pada tanggal 20 Januari 250 Paus Fabianus (Gereja Roma) menjadi Martir karena penganiayaan hebat yang dialaminya ketika di penjara. Demikian juga tercatat dalam sejarah Gereja Para Rasul, Uskup babylas (Gereja Anthiokia), serta Uskup Alexander (Gereja Yerusalem) harus mengalami nasib yang sama. Mereka diberi pilihan agar bisa bebas dari penjara dan aniaya dengan syarat mempersembahkan korban dan pedupaan untuk dewa-dewa pagan, akan tetapi para Bapak gereja tersebut menolaknya, dan mereka lebih memilih jalan kemartiran.

 

Sebelumnya pada tahun 249 Masehi Decius melakukan pemberontakan demi merebut kekusaan dari tangan Kaisar Philiphus Sang Arab (Marcus Julius Philippus 'Arabus, Februari 244 – September 249) dan membunuhnya. Kaisar Philiphus adalah seorang Kristen, sedangkan Decius adalah seorang pagan. Ketika Kaisar Decius berkuasa, dia berkehendak mengembalikan pamor agama pagan nenek moyang bangsanya di seluruh wilayah Romawi. Oleh karena itu dilakukanlah penganiayaan besar-besaran terhadap orang-orang Kristen. Tidak terkecuali dilakukan juga pembersihan orang-orang Kristen di lingkungan pejabat dan militer.

 

Tersebutlah sekelompok pemuda di lingkungan militer: Maksimilianus, Martinianus, Yamblikus, Yohanes, Dionosius, Antonius, serta Konstantinus (atau Eksakustonianus)di Efesus. Mereka bertujuh adalah anak-anak dari golongan terpandang yang sedang berkarir di lingkungan militer kekaisaran Romawi kala itu. Mereka telah bersahabat sejak masa kecil. Ketika Kaisar Decius menetapkan Kristen menjadi agama yang tidak sah, segera setelah itu dilakukan pembersihan di lingkungan pejabat maupun militer, maka tidak terkecuali ketujuh pemuda tersebut harus mundur dari jabatannya. Namun untuk menghindari gejolak politik maka orang-orang Kristen yang berasal dari orang-orang terpandang untuk sementara tidak ditangkap dan diberi kesempatan untuk berpikir ulang, berharap akan beralih memeluk agama pagan tanpa harus dipaksa dan dianiaya.

 

Situasi yang tidak kondusif dan mengancam keselamatan mendorong ketujuh sahabat itu lari menuju Gunung Ochlon / Oklonos. Di situ mereka menemukan sebuah gua dan berencana menghabiskan hidup mereka di gua tersebut sambil menunggu hari kematian mereka ketika suatu saat para tentara Romawi akan menemukan dan mengeksekusi mereka. Setiap hari di gua tersebut mereka lalui dengan doa-doa.

 

Suatu ketika disuruhnyalah yang termuda dari antara mereka yaitu Yamblikus menuju kota untuk membeli roti. Pergilah Bapak Yamblikus ke kota dengan penampilan seperti pengemis untuk menghindari orang mengenalnya. Didengarnyalah kabar bahwa mereka adalah buron dan dicari oleh Kaisar Decius. Mereka pun berunding apakah perlu menyerahkan diri atau tetap bersembunyi. Bapak Maksimilianus berpendapat untuk menyerahkan diri dan diadili, namun pada akhirnya keputusan mereka adalah tetap bertahan di gua tersebut, bahkan ketika harus dieksekusi. Di gua tersebut mereka menghabiskan waktu dengan berdoa setiap hari, sambil menunggu suatu saat para prajurit akan menemukan dan mengeksekusi mereka.

 

Namun cepat atau lambat tempat pelarian mereka pun akhirnya pasti diketahui. Kaisar pun memerintahkan gua tempat mereka ditutup dengan batu agar ketujuh disersi militer tersebut tidak bisa keluar dan mati di dalam. Dua pejabat pun diutus untuk melaksanakan perintah. Namun dua pejabat tersebut adalah penganut Kristen juga namun mereka diam-diam dan tidak berani menunjukkannya agar tidak ketahuan. Demi menghormati dan mengenang Tujuh Pemuda tersebut maka ditaruhlah plakat logam bertuliskan ketujuh nama pemuda tersebut dalam sebuah kotak tertutup diletakkan dalam gua. Tertutuplah gua itu dengan batu besar, tidak ada yang bisa dilakukan maka mereka bertujuh pun hanya bisa pasrah dan berdoa. Dan TUHAN membuat ketujuh pemuda tersebut tertidur.

 

Waktu pun berlalu, semua hal telah berubah, gua tersebut pun telah menjadi milik seorang tuan tanah. Suatu ketika pemilik tanah hendak menjadikan area tersebut sebagai peternakan sapi. Didapatinya ada sebuah gua yang tersegel batu besar, maka tuan tanah menyuruh para pekerjanya membukanya. Dan dengan heran mereka pun menemukan ada Tujuh Pemuda yang tertidur dan tidak mati serta pakaian mereka pun tidak rusak sama sekali. 

 

Saat itu juga terbangunlah ketujuh pemuda itu. Sang tuan tanah pun membiarkan mereka berada di tempat itu. Mereka lalu menyuruh yang termuda dari antara mereka yaitu Yamblikus untuk ke kota membeli roti. Ketika membayar rotinya Yamblikus membayarnya dengan koin yang beliau miliki yaitu koin yang masih bergambar Kaisar Decius. Maka ditangkaplah Yamblikus dan dibawa kepada Pemimpin Kota yang juga adalah seorang Uskup Efesus. Setelah menanyainya Sang Uskup pun tercengang kebingungan akan kisah yang diceritakan Yamblikus, lalu mereka pun bersama menuju gua tempat ketujuh pemuda tersebut.

 

Di depan gua Sang Uskup pun terperanjat dan kagum akan Kebesaran TUHAN yang sedang memberinya petunjuk tentang suatu Misteri melalui ketujuh pemuda tersebut. Tidak terasa 200 tahun berlalu, ketujuh pemuda tersebut tertidur di masa pemerintahan Kaisar Decius (Masa Pemerintahan : September 249 – Juni 251) dan bangun di masa pemerintahan Theodosius II atau Dominus Noster Flavius Theodosius Augustus (Masa Pemerintahan : January 402 - 28 Juli 450). Bapak Uskup pun menemukan kotak tertutup yang berisi plat nama mereka, lalu memanggil nama-nama mereka yang tertera dalam plakat logam tersebut. Ketujuh pemuda tersebut menjawabnya sesuai nama yang disebutkan. Maka tersiarlah kabar ini sampai ke seluruh penjuru negeri dan juga kepada Kaisar Theodosius II.

 

Melalui ketujuh pemuda tersebut TUHAN sedang memberi petunjuk kepada Gereja Para Rasul tentang Misteri Kebangkitan. Di masa itu sedang ada perdebatan teologis dimana sebagian orang tidak percaya kebangkitan orang mati jika tubuhnya hancur berkalang tanah, sebagian lagi percaya hanya jiwa saja yang bangkit. Namun peristiwa tersebut menyingkapkan bahwa kelak memang akan ada kebangkitan jasmani.

 

Setelah mendengar kabar tentang Tujuh Pemuda Efesus tersebut maka tibalah Sang Kaisar di gua itu. Bersama Sang Uskup dan dihadapan Sang Kaisar serta disaksikan orang-orang maka mereka pun menceritakan semuanya dan tentang Mujizat yang mereka alami. Setelah menceritakan semuanya, maka mereka pun kembali merebahkan tubuhnya di gua dan berkeinginan melanjutkan tidurnya, serta bangun kelak di akhir jaman.



Previous
Next Post