Nicholas Uskup Agung Jepang


St. Nicholas Uskup Agung Jepang


Janasuci Nicholas
Sang Pencerah Negeri Jepang


Janasuci Nicholas bernama asli Ivan Dimitrievich Kasatkin, yang berarti juga nama ayahnya adalah Dimitri Kasatkin, seorang Diakon Gereja Orthodox Rusia di wilayah Keuskupan Smolensk. Beliau lahir tanggal 1 Agustus 1836 di desa Berezovsk, di distrik Belsk. Sejak kecil Beliau telah dididik dalam Hierarkhi Gereja. Setelah menyelesaikan pendidikannya di seminary Gereja di Belsk lalu melanjutkannya di seminary Smolensk, maka pada tahun 1857 Beliau masuk sekolah akademy theologi di Gereja St. Petersburg.

Pada waktu Konsul Rusia di Jepang meminta seorang rohaniawan pastoral untuk menjadi Imam bagi mereka dan keluarga mereka supaya dapat beribadah. Bapak Ivan Dimitrievich Kasatkin mengajukan diri sebagai sukarelawan untuk misi ke Jepang. Pada tanggal 24 Juni 1860 saat Beliau ditugaskan melayani di akademi Gereja Dua Belas Rasul oleh Uskup Nectarius, Beliau ditonsure menjadi biarawan dan diberi nama Nicholas. Tanggal 29 Beliau ditahbis menjadi Diakon, keesokan harinya Beliau ditahbiskan menjadi seorang Imam. Demikianlah dengan telah ditahbiskannya Beliau menjadi Imam maka telah siap untuk dikirim misi ke Jepang, bukan hanya untuk melayani Konsulat Rusia namun juga sebagai misi untuk menyebarkan Iman Para Rasul kepada bangsa Jepang.

Tahun 1861 Bapak Nicholas mendarat di Hakodate, Jepang. Melihat kondisi negeri itu pada waktu itu dimana orang-orang melihatnya sebagai negeri yang buas, pada awalnya Beliau merasa pesimis. Beliau pun merasa harus mempelajari bahasa dan juga budaya bangsa Jepang. Beberapa tahun kemudian Beliau berhasil menguasai bahasa Jepang serta budaya dan sastranya, bahkan melebihi rata-rata orang Jepang. Disamping itu juga Beliau mempelajari bahasa Inggris yang pada waktu itu berkembang sebagai bahasa Internasional.
Kemampuan Bapak Nicholas dalam berbahasa Jepang serta budayanya membuahkan hasil meskipun tidak fantastik, tahun 1868 Jemaat Beliau yang asli orang Jepang ada 20 orang. Salah satunya adalah seorang mantan samurai sekaligus pendeta shinto, Sawabe Takuma. Pada mulanya Sawabe hendak membunuh Beliau di rumahnya, namun ternyata kemampuan Bapak Nicholas dalam berkomunikasi menjadi alat Tuhan untuk menyentuh hati Sawabe, dan membuatnya menerima Iman Para Rasul. Sawabe Takuma menjadi orang Jepang pertama yang ditahbiskan menjadi Imam Orthodox.

Tahun 1869 Bapak Nicholas kembali ke Gereja St. Petersburg untuk melaporkan hasil pelayanan misinya. Setahun kemudian atas prestasinya Beliau diangkat menjadi Archimandrite, adalah tingkatan jenjang pastoral tertinggi untuk biarawan. Maka atas usulan Beliau dibentuklah misi rohani khusus untuk penginjilan di Jepang oleh Gereja orthodox Rusia.

Tahun 1871 Beliau kembali ke Jepang dan melayani di pusat misionaris di Tokyo, sedangkan Jemaat Beliau yang di Hakodate diserahkan kepada Anatolius untuk digembalakan. Masa tersebut adalah masa sulit, dimana banyak orang-orang Kristen dianiaya dan dipenjara. Dua tahun kemudian barulah penganiayaan mereda, Bapak Nicholas pun bisa kembali melaksanakan misi pelayanannya. Bersama 50 orang Jemaat yang menjadi murid Beliau membangun sebuah Gereja sekaligus tempat tinggal dan belajar bagi mereka. Pada tahun 1878 Gereja tersebut menjadi tempat seminari di Tokyo.

Di bawah penggembalaan Bapak Nicholas Gereja semakin bertumbuh dan berkembang, Beliau adalah benar-benar orang yang dipakai Tuhan untuk mengajarkan Iman Para Rasul yaitu Injil Kristus kepada orang-orang Jepang. Pada tahun 1878 Jemaat di Jepang telah mencapai lebih dari 4000 orang. Bapak Archimandrite Nicholas pun ditahbiskan menjadi Uskup untuk melayani wilayah Jepang pada tanggal 30 Maret 1880.

Tahun 1895 pecah perang antara Kekaisaran Jepang dan Kerajaan Rusia. Pada masa ini Gereja Orthodox yang digembalakan Bapak Nicholas mengalami masa yang suram. Tentu saja pihak Kekaisaran Jepang selalu mencurigai Gereja tidak loyal terhadap Kaisar. Disinilah kemampuan Bapak Nicholas dalam berkomunikasi dan berdiplomasi diuji, Beliau harus bisa mengkomunikasikan bahwa Gereja netral tidak berpihak bahkan Gereja berkewajiban melayani bangsa suatu negeri dimanapun Gereja ada. Kaisar Meiji pun terkesan akan upaya Beliau dan sangat menghormatinya.

Pergolakan batin pun muncul dalam diri terdalam sedemikian hingga demi menenangkan diri Bapak Nicholas menjalani kehidupan asketisnya selama masa perang. Di satu sisi Beliau begitu mencintai negaranya dan berdoa bagi negaranya. Di sisi lain Beliau juga harus berdoa bagi bangsa dimana Beliau diutus untuk melayani, terutama bagi jemaatnya yang adalah orang-orang Jepang yang juga ikut berperang bagi Kekaisaran. Terlebih lagi saat banyak sekali tentara Rusia yang tertangkap dan ditawan Kekaisaran Jepang, Bapak Nicholas juga melayani mereka. Beliau menolak untuk kembali pulang ke negerinya demi melayani jemaat-jemaatnya di Jepang, dan melayani para tawanan yang adalah orang-orang Rusia. Beliau banyak sekali menyelamatkan para tawanan tersebut dari kematian dalam pelayanannya. Beliau tau resikonya bertahan di negeri yang menjadi musuh dari tanah kelahirannya adalah kehilangan nyawa.

Tahun 1905 perang pun berakhir saat ditandatanganinya Perjanjian Portsmouth oleh kedua belah pihak yang dimediasi oleh Amerika oleh Presidennya yaitu Theodore Roosevelt. Berkat kemampuan berkomunikasinya dan diplomasinya yang luar biasa Gereja Orthodox Rusia di jepang mampu bertahan selama perang, dan juga banyak sekali menolong tentara Rusia yang berada dalam tawanan. Beliau pun akhirnya diangkat menjadi Uskup Agung.

Pada tahun 1911 tercatat lebih dari 33000 Jemaat Beliau yang telah Orthodox, serta lebih dari 100 orang katekumen, 266 komunitas, 6 Diakon, 35 Presbiter, 1 Uskup dan 1 Uskup Agung. Setahun kemudian tepatnya tanggal 3 Februari 1912 Bapak Uskup Agung Nicholas harus berpulang ke Hadirat Allah. Atas segala karya pelayanan serta dedikasi Beliau maka tanggal 10 April 1970 Gereja mengkanonikasikan sebagai Janasuci.

Bapak Nicholas adalah seorang pribadi yang luar biasa. Kepribadian Beliau bahkan membuat seorang Kaisar Jepang terkesima. Beliau juga adalah seorang yang pandai berkomunikasi dan berdiplomasi. Beliau juga seorang pengajar yang berkharisma, semasa hidupnya telah mencetak banyak sekali pelayan-pelayan Tuhan yang handal. Sungguh Karunia Roh Kudus yang luar biasa. Tahun 2004 seorang yang bernama Kennosuke Nakamura menemukan sebuah buku harian yang ternyata adalah milik Bapak Nicholas. Pada tahun 2007 buku harian tersebut selesai diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang seluruhnya.




Diperingati setiap tanggal 3 Februari Kalender Julian




Previous
Next Post