Theodorus Jenderal Heraklea


Theodorus Jenderal Heraklea


Janasuci Theodorus Stratilatis
Sang Jenderal Martir Agung Heraklea


Bapak Theodorus berasal dari Eukaita wilayah Pontus, Asia Kecil. Semula di kota asalnya, Beliau hanyalah seorang Prajurit biasa. Pada waktu itu di kota tersebut banyak sekali kejadian orang hilang, menurut para saksi yang hidup itu adalah perbuatan seekor ular yang sangat besar. Makin lama makin sering terjadi sehingga makin meresahkan, namun karena besarnya ular tersebut maka tidak ada yang berani menangkap ataupun membunuh ular tersebut.

Ular raksasa itu pun menjadi masalah serius di wilayah Pontus, ukuran dan kecepatannya sangat luar biasa, makin lama makin banyak korban baik manusia maupun hewan ternak. Bapak Theodorus ditugaskan untuk menyelidiki dan menyelesaikan kasus ini, padahal banyak prajurit yang telah diutus dan tidak pernah kembali.

Dengan gagah berani Bapak Theodorus mengenakan perlengkapan baju zirahnya, tameng, serta pedangnya, Beliau melangkah dengan tak henti-hentinya memuja Nama Yesus. Dengan pertolongan Tuhan maka ular raksasa tersebut berhasil dibunuhnya. Tuhan mengaruniakan kemenangan atasnya dan menjaganya tetap hidup untuk bisa menjadi Saksi Kristus. Oleh karena jasanya maka Beliau diangkat menjadi Komandan dan ditugaskan ke Heraklea.

Allah mengaruniakan Bapak Theodorus karir militer yang gemilang serta pengetahuan tentang Iman Kristen yang luar biasa. Sejak dalam pimpinannya hampir seluruh Prajurit di Heraklea yang semula penganut pagan menjadi Pengikut Kristus. Karirnya pun pada puncaknya dengan jabatan sebagai Jenderal yang berkedudukan di Heraklea.

Ketika Kaisar Licinius (Gaius Valerius Licinianus Licinius Augustus, memerintah tahun 308-324) sedang bersitegang dengan Konstantinus Agung (Flavius Valerius Aurelius Constantinus Augustus, memerintah tahun 306-337), di sinilah awal kisah kemartiran Bapak Theodorus dimulai. Kaisar Konstantinus Agung adalah penguasa Kekaisaran Romawi Barat yang mana Beliau dekat dan baik dengan orang-orang Kristen. Oleh karena itulah Kaisar Licinius sang rival sangat membenci dan mencurigai orang-orang Kristen, sehingga berlaku kejam terhadap mereka.

Kaisar Licinius pun dengan berbagai cara berusaha menghapus kekristenan dari wilayah kekuasaannya. Dalam tubuh militer dan pemerintahan pun dibersihkannya dari para penganut Kristen dan menggantikannya dengan para penganut pagan. Pada waktu itu penganiayaan besar terhadap para Pengikut Kristus terjadi di seluruh Kekaisaran Romawi Timur.

Suatu ketika Kaisar Licinius mencoba membujuk Jenderal Theodorus untuk mempersembahkan korban bagi patung dewa pagan di depan rakyatnya. Sang Jenderal pun meminta Sang Kaisar juga ikut bersama-sama untuk mempersembahkan korban bagi patung dewa. Namun sebelum hari yang ditentukan tiba, Sang Jenderal menghancurkan patung-patung yang terbuat dari emas dan perak tersebut berkeping-keping. Selanjutnya Beliau membagi-bagikan kepingan-kepingan tersebut kepada para orang miskin.

Apa yang dilakukan Jenderal Theodorus adalah sebuah kesaksian yang membuktikan bahwa patung-patung dewa yang disembah para penganut pagan hanyalah benda mati yang tidak bisa berbuat apa-apa. Hal itu pula berarti kepercayaan pagan hanyalah suatu kekonyolan. Oleh karena peristiwa itu maka marahlah Kaisar Licinius sejadi-jadinya. Kaisar memerintahkan untuk menangkapnya dan memberinya hukuman berat.

Jenderal Theodorus pun ditangkap dan disiksa dengan kejam. Ketika ditangkap Beliau diseret di tanah sambil dipukuli dengan batang besi sampai ke penjara. Sesampainya di penjara Beliau dipukuli pentungan berujung paku, dibakar, serta dicungkil matanya, lalu disalibkan. Semuanya ini disaksikan dan dituliskan seorang pelayan setianya yang bernama Varus, yang berusaha menguatkan dirinya untuk menyaksikan semua ini.

Pada malam harinya Malaikat Tuhan menurunkannya dari kayu salib dan menyembuhkan semua luka-lukanya. Saat terbangun dirasakannya bahwa tubuhnya sembuh dan sangat sehat, seolah tidak pernah disiksa. Maka para Prajurit kekaisaran yang melihatnya langsung tersungkur dan menerima diri mereka dibaptis di sekitar tempat tersebut.

Namun Demikian Sang Jenderal tidak hendak melarikan diri, akan tetapi melangkah menuju penjara dimana banyak para Pengikut Kristus disiksa untuk memberi semangat dan menguatkan mereka. Saat orang-orang yang di dalam penjara melihat Bapak Theodorus, mereka pun jadi bersemangat, dan semua orang yang menyentuh jubah Beliau maka seketika itu pula semua lukanya sembuh. Seisi penjara pun bersorak dan bersuka cita karena mereka merasakan bahwa Tuhan melihat penderitaan mereka dan apa yang mereka alami tidaklah sia-sia, semua diperhitungkan Allah.

Bapak Theodorus adalah sosok Sang Jenderal yang pantang mundur menghadapi kematian, demikianlah meski telah ditolong Malaikat Tuhan Beliau kemudian tidak lari menyelamatkan diri. Dengan lantang malah menyerahkan dirinya kepada Kaisar serta memberi teladan keberanian dan kerelaan hati kepada saudara-saudara seiman yang sedang dipenjara dan disiksa demi mempertahankan Iman terhadap Kristus. Kepada pelayan setianya, Varus, Beliau berpesan untuk menuliskan semua kisahnya dan selalu mengingat hari dan tahun kematiannya, dan menguburkan jenazahnya di kota kelahirannya di Eukaita.

Atas perintah langsung dari Kaisar Licinius, maka Jenderal Theodorus dipenggal. Hari itu adalah hari Sabtu tanggal 8 Februari 319, pada jam yang ketiga.


Diperingati setiap tanggal 8 Februari Kalender Julian




Previous
Next Post